Minggu, 24 April 2011

Dia Bertanya


Dia bertanya pada hamparan permadani bernyawa.
Jikalau dia membuang rasa ini, mungkinkah akan kembali lagi? Dalam setiap lamunannya dia berfikir, dia hanyalah orang yang tidak punya apa-apa, orang dari keluarga petani yang kehidupannya serba kesusahan dan hanya mengandalkan hasil sawah. Apakah pantas lumpur kotor dan hitam mengisi bejana dari mutiara-mutiara yaqut dan zamrud?

Dia bertanya pada gemerlap bintang.
Mereka yang serba kecukupan, yang seenaknya bisa mengeluarkan harta tanpa piki rpanjang, yang selalu terwujud apa yang mereka inginkan, apakah mereka bisa merasakan getir pilu orang-orang yang dibawah mereka walau sebersit saja di hati mereka? Apa mereka tidak ada rasa iba terhadap orang-orang yang berjasa pada mereka? Para buruh yang menjadi babu mereka, para kuli yang memikul bahan bangunan untuk bangunan mewah mereka, para petani yang hasilnya mereka makan setiap hari?
Dia sangat bersyukur –walapun dari keluarga yang notabe ekonominya menengah ke bawah- apa yang dia peroleh dan kelurga berikan padanya. Tidak seperti mereka yang membangga-banggakan dan meyombongkan harta meraka.

Dia bertaya pada hembusan angin malam.\
Bukannya manusia diciptakan untuk saling melengkapi dan mengasihi?Yang kaya mengasihi yang miskin dan sebaliknya? Betapa indah dunia ini seandainya rasa keharmonisan terpancar dari orang kaya dan miskin.

Dia bertanya pada ombak laut.
Orang yang merasa cukup dan terpenuhi segala kebutuhannya, mengapa selalu merasa tidak puas dan selalu berkeluh kesah dengan apa yang dikaruniakan kepadanya? Padahal merka berada di tengah-tengah taman bunga yang serba berkecukupan? Alangkah indahnya mereka yang bisa menerima apa yang telah dikaruniakan kepadanya tanpa rasa mengeluh sedikit pun. Diasenang dan bahagia dengan apa yang dia alamisekarang. Hidup walau seadanya tapi merasa selalu tenang dan tidak megeluh atas apa yang diberikan kepadanya serta mencoba untuk selalu bersyukur. Itu lebih baik dari pada menjadi orang yang serba tercukupi tapi lalai dengan nikmat yang diarasakan tuk mensyukurinya.

Rugilah orang yang serba kecukupan tapi besar hati dan sombong.
Rugilah orang yang miskin selalu berkeluh kesah dan tidak sabar.
Dan beruntunglah orang yang diberi kecukupan, tapi dia rendah hati, selalu syukur atas yang dianugrahkan keapadanya.

1 komentar:

  1. Ij'alnaa yaa Robb minas syakiriin was shobiriin....

    BalasHapus